"Nanggung banget part
pertama-nya sih??" itu kata salah satu teman yang sudah baca “Tinabo I'm
in Love (part-one)”, dan aku jawab dengan enteng "iya sengaja, biar
penasaran -padahal gak penasaran juga ya- hahaha.. Jadiii, di bagian ke dua ini
aku akan bagi cerita yang lebih banyak dari bagian sebelumnya, ya kira-kira dua
hari lah baru selesai bacanya.. :P
Sebagai informasi saja, cerita
yang aku bagi ini mungkin akan terbaca begitu subjektif di beberapa bagian,
tapi aku sih mencoba se-objektif mungkin nih di sini, dan lebih manis (baca:
puitis) karena judulnya saja Tinabo I’m in Love kan? Hehe.. Kalian bisa menilai
sendiri deh nantinya ;) so... let’s get started.
dermaga Pulau Tinabo |
and the stories continued...
foto di Pulau Tinabo Kecil |
>> 14 November 2013, Pkl 06.30, Pelabuhan Tanjung Bira.
Sampai mana cerita di part-one?
Oh iya, tiba di Tanjung Bira. Kami tiba sekitar pukul enam pagi waktu setempat.
Capek? Jelaas laah, perjalanan dari Makassar ke Tanjung Bira selama kurang
lebih lima jam, tanpa istirahat setelah
kami tiba di Makassar, belum lagi perjalanan di Jakarta menuju bandara yang
mengharu biru (agak lebay sih yang terakhir) tapi rasa "excited" kami
yang luar biasa mengalahkan segalanyaa (asik) –seriously, we were all super
excited- kecuali yaa bau keringet yang menempel karena kami belum ada yang
mandi dan ganti baju sejak kemarin pagiii, but after all, that’s the part which
made the trip more fun isn’t?? (gak ya??hehe) . Lapar? sudah pasti lah, sepagi
itu tiba di pelabuhan Tanjung Bira dan tentu saja belum ada warung makan yang
buka.
Beruntunglah kami, ada satu
warung makan yang sudah memulai aktivitasnya berjualan makanan (namanya juga
warung makan, masa iya jualan pasir), hmm sebenarnya sih beberapa warung sudah
buka, tapi menu yang ditawarkan hanya mie instant siap seduh sajaa (sorry nih gak
boleh sebut merk Pop Mie, karena gak di-endorse :D) dan kami malas makan itu,
lapar semalaman dan akan menyebrang ke pulau sebelah jadi alasan utama kami
tidak memilih menu -yang-tidak-boleh-disebut-merknya- itu.
kios Anna - Pelabuhan Tanjung Bira |
Ternyataa yaa menu di warung ini gak
beda jauh dengan warung lainnyaa –maaf,anda belum beruntung-, yaitu Indomie (eh
sebut merk deh) rebus dan goreng, tapi bedanya dia punya menu pelengkap
pengganti nasi bernama “buras”. Bentuknya hampir mirip dengan lontong tapi
lebih pipih, dan biasanya satu ikat itu isinya sepasang, si buras ini happening
banget ternyata di Makassar, hehehe. Lumayan lah ya untuk mengganjal perut,
sebelum melanjutkan perjalanan kami lagi.
Harganya cukup murah, terbilang
standar lah, kalau tidak salah total harga makanan yang kami pesan 90rb rupiah,
menunya mie rebus/goreng plus telur sebanyak 9 porsi, (kami ber-sembilan yaa,
ditambah dua orang yang antar kami ke Tanjung Bira) teh manis dan burasnya yang
pasti lebih dari sembilan. Terhitung per orangnya 10rb saja. Kalau tiba di
Tanjung Bira sepagi ini, boleh lah mampir mengisi perut di Kios Anna ini (y)
–sumpah deh gw gak dibayar sama kios Anna ini.
Biasanya, kebanyakan teman-teman
yang melakukan trip ke Makassar itu hanya sampai di Tanjung Bira ini saja,
jarang sekali yang melanjutkan perjalanan ke Pulau Tinabo (kepulauan
Takabonerate). Sayang banget deh padahal yaa, karena pantai di Pulau Tinabo itu
jauh lebih indah dibandingkan Tanjung Bira, itu alasan kenapa kami begitu semangat
dengan perjalanan ini, hehehe . Tanjung Bira itu pantainya bagus, saat kami
tiba pun cukup tergoda untuk berfoto di pantai yang pasirnya terlihat putih itu,
tapi keinginan itu harus kami simpan karena ada kapal yang sudah tidak sabar
menunggu untuk menyebrang ke pulau sebelah, namanya Pulau Selayar. Rencananya
saat pulang dari pulau sebelah nanti kami akan sedikit foto-foto di Tanjung
Bira ini.
Menuju Pulau Selayar (orang
setempat menyebutnya pulau sebelah) ini menggunakan Kapal Ferry, tiket per
orang sebesar 25rb rupiah, kami naik Ferry yang berangkat pagi. Kalau mau
menyebrang sekalian dengan mobil yang kalian rental dari Makassar juga bisa,
kalau tidak salah harganya cukup mahal (untuk kami, maksudnya) sekitar 300rb
sampai 400rb-an (tidak ingat apa itu mobil saja atau sudah termasuk penumpang).
Perjalanan sekitar 1,5jam sampai di pulau sebelah, tentunya ini kami manfaatkan
untuk tidur. Bagaimana nanti transportasinya sesampainya di Pulau Selayar?
Jangan khawatir, ada banyak mobil rental yang menunggu penumpang lepas seperti kami
di pelabuhan Pamatata, Selayar.
kapal ferry, Tanjung Bira - Selayar |
pelabuhan Selayar |
Kebetulan kami sudah dititipkan
dengan orang yang akan mengantar kami ke Kota Benteng, (persinggahan sebelum
melanjutkan menyebrang ke Pulau Tinabo) kalian bisa hubungi Mas Ical
085212222167, waktu itu kami dihitung ongkosnya per orang 50rb. Ada sedikit
drama saat kami diantar menuju ke Kota Benteng, tapi aku tidak share di sini,
gak penting cyiint,,hahaha. Perjalanan menuju Kota Benteng dari pelabuhan
Pamatata Selayar ini ditempuh sekitar 1 jam, sepanjang jalan melewati rumah-rumah
adat Makassar dan pohon kelapa (penting nih pohon kelapa gw tulis, biar kesannya lewatin jalanan pantai banget gituu hehe).
Tiba di kota Benteng, kami
akhirnya memutuskan untuk menginap di homestay Tinabo Dive Center (0414-21252),
cukup murah harga semalamnya per kamar 220rb, bisa muat maksimal 4org, jadi
kami menyewa 2 kamar di sana. Kebetulan (lagi) orang yang mengurus homestay itu
orang sunda, sudah pastilah aku sok kenal sok dekat ngomong pake bahasa sunda
(kebiasaan orang sunda –dan orang daerah lainnya mungkin- kalau ketemu sesama
orang sunda itu prefer berbahasa sunda). Kami menginap semalam di sini, lumayan
untuk istirahat sejenak melepas lelah dan mandi..! itu yang paling penting,
hehehe.
Fasilitasnya springbed, AC, WIFI,
TV, kamar mandi dalam (tidur di luar haha), ada timbangan badan jugaa (aku
kasih tau yaa, harus nimbang saat sampai di sini, ntar juga tahu kenapa) dan
dapat breakfast! Walaupun sekedar roti bakar dan teh manis saja, tapi lumayan
lhoo, plus gratis alarm karena dibangunan eh dibangunin sama si aa penjaga
homestay itu (namanya Iwan), jadiii bakal aman deh dari yang namanya kesiangan,
secara yaa capek banget perjalanannya (drama banget deh). Aku lupa nih fotoin
homestay-nya, tapii cukup mudah dijangkau kok, alamatnya Jln. Emmi Saelan no.1,
letaknya persis di samping lapangan benteng, kalau gak salah sih namanya itu
Bantaeng ya bukan Benteng (cmiiw).
>>Kota Benteng, Selayar, 14 November 2013.
Makan siang di Kota Benteng, kami
tanya dong sama mas Ical, menu andalan di kota Selayar ini apa, daaan diantarlah
kami ke sebuah warung makan yang katanya terkenal enak di sana, dengan menu
andalan kota ini yaitu “Nasi Santan dan
Ikan Bakar”. Ini enak, terlepas dari kami yang kelaparan yaa (plisss ignore
it), tapi memang beneran enak.
menu makan siang kami |
Total makan 7org itu sebesar 123rb rupiah, satu
porsi ikan+nasi itu 15rb, plus minumnya jeruk nipis hangat seingatku, jadi sekitar 17rb per orang, karena kami
sharing cost, jadi dihitung begitu deeh (hidup share cost!!)
Menu spesial di Selayar (enak!) |
Sekitar pukul dua siang (setelah
mandi dan ganti baju tentunya) kami dijemput mas Ical yang sudah bersedia
mengantar jalan-jalan seputar kota Selayar dengan hanya memberi uang bensin!
(antara seneng dan sedih sih sebenarnya,hehehe) –harusnya sih beda lagi bayar
rentalnya, kasian kali dia sama kita-, aku dan teman-teman meng-eksplore
Selayar, dengan bantuan Mas Ical kami diantar ke tempat-tempat wisata di kota
ini.
Gong di Selayar (lupa gong apa namanya hehe) |
Destinasi pertama adalah mencari Gong, konon katanya -kenapa si konon selalu barengan sama katanya sih??- gong ini bisa bunyi
sendiri lhoo untuk ngasih tau kalo misalnya mau ada bencana (tsunami, misalnya) tapi
kata narsum kami (mas Ical) belum pernah bunyi sih, mungkin karena belum pernah
terjadi bencana. Aku sih agak bingung, kalau belum pernah kejadian tahu
darimana itu bisa bunyi sendiri pas ada bencana (salah ya gw? hehehe).
–perhatikan baik-baik wajah kami sebelum ke Tinabo, bandingkan nanti setelah
pulang dari sana.
menikmati sunset di Pantai Baloiya |
Destinasi berikutnya adalah Pantai
Baloiya (kalo iya, klo gak berarti balotidak..-kriuuuk)... Beberapa meter sebelumnya ada resort pribadi milik orang Jepang kalau tidak salah.. (another private beach, miris...)
Di sini viewnya bagus
dan lautnya tenang, kami menikmati sunset di sini. Cukuplah untuk merenungi
nasib, tapi tidak disarankan untuk yang baru putus cinta, seriously!
ceritanya mau bikin love,,hahaha |
sunset di Pantai Baloiya |
Kembali ke kota pas udah cukup malam, nyari makanan rada susah ternyata di kota kecil itu, akhirnya sebagian
makan nasi padang (makanan yang hampir selalu ada di mana aja yaa) dan sebagian
makan di warung makan, menunya macam-macam, ada nasi goreng, nasi campur (fyi,
nasi campurnya bukan kaya nasi campur di Jakarta yaa, ini halal, kalau di
Jakarta itu nasi rames cuy), dan menurutku sih enak, harganya standar lah yaa,
123rb untuk makan+minum ber-enam (20rb per org, idiiw mehong jugak... –pake
akhiran k ala ala anak abg alay). Lanjut tiduuur, siap-siap bangun pagi
besoknya.
>> (masih) Kota Benteng, Selayar, 15 November 2013.
Hujan deras turun esok paginya, -seakan
ikut melepas kepergian kami (halaah)- semenjak
tengah malam nampaknya, tapi mau tidak mau kami harus berangkat subuh itu
(sekitar pukul setengah lima pagi) menuju ke pelabuhan Patumbukan. Supir rental
mobil yang konfirmasi per telp nampaknya santai aja tuh pas aku bilang “tapi
hujannya deras sekali pak ini” padahal niiih gw deg-degan tuh gara-gara
hujannya deres banget. Oya biaya rental mobil dari kota Benteng ke pelabuhan
Patumbukan biasanya sekitar 300-400rb, lagi-lagi kami free of charge, yes we
were so lucky –sorry ga bisa cerita kalo kami dibayarin (eh??). Lanjut....
Niat berangkat setengah empat
pagi, apa daya kesiangan, jadi baru berangkat setengah lima pagi, mundur satu
jam dari itinerary yang udah kami bikin, tapi yasudahlah yaa..cingcay mii
(ceplosan kami sejak tiba di Makassar). Menuju pelabuhan Patumbukan sekitar 1,5
jam waktu tempuhnya, karena hujan lebat dan jalan yang sedang diperbaiki.
Setelah mendaki gunung, lewati lembah (semacam lagu ninja hatori) sampailah
kami di pelabuhan Patumbukan, kapal yang sudah kami carter sebelumnya telah
menanti dengan setia (halah, bahasa gw), kami carter kapal untuk antar jemput
Patumbukan-Tinabo-Patumbukan -dan kapal kecil untuk antar snorkeling selama di
Tinabo- itu sebesar 3,7 jt rupiah sajaah..ada juga biasanya yang ambil harga
sekitar 5-7jtan termasuk transportasi mobi dan homestay, terima beres deh
pokoknya, tapi kami milih “ngeteng” kaya gitu, biar lebih berasa semangat
nge-trip nyaa (padahal ngirit... :P).
Dermaga Patumbukan, menuju Pulau Tinabo |
And the journey begin. Dari
sinilah perjalanan kami yang sebenarnya dimulai (jadiii dari tadi udah panjang
lebar gitu ngapaiiiin??).
Dan, ceritanya bersambung ke part-3 aja yaa
biar seruu hehehe..-padahal capek..-
X.O.X.O.
Thanks for the word.. Kmrn cuma bisa liat poto poto nya sambil nginget nginget cerita di Tinabo dari awal sampe akhir.. Sekarang udah ada yg ngerangkai kata kata nya di blog. Jadi lengkaplah sudah... Hm, foto-fotonya kurang stock ya? hehee,, next part 3 tambahin fotonya ya.. *padahal pengen narsis :p
ReplyDeletehahaha aniiiippp (pake p)...jd brasa kembali kesana yaa ga sih,,?? it's our journey to remember and to shared. xixixi..
Deleteiya nih part 3 sih udh stock bnyak foto,,tetep yaak narsis, gw pilihin foto2nya yg ga ada lo nya nif..wkwkwwk
Nama gong itu klo ga salah Nekara, ubek2 foto fotografer kita Nita, kayanya nita foto papan namanya deh
ReplyDeleteoh iyaa bener kak kynya itu deh,,iyaa seingetku dia ada foto, ntar deh di re-add foto2nya lagi,,hehehe
Delete